Mengomentari Pembacaan Puisi
Puisi dibangun atas dua unsur utama yaitu lapis bentuk dan lapis arti. Lapis bentuk puisi berupa struktur bunyi, yang terdiri atas irama, ritme, rima, dan intonasi. Oleh alasannya ialah itu keindahan bentuk sebuah puisi gres benar-benar sanggup dinikmati kalau dibacakan atau diperdengarkan. Namun, Pembacaan yang dilakukan dengan asal-asalan tentu juga tidak akan bisa mempersembahkan keindahan itu.
Agar keindahan sanggup dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan mengekspresikan yang proporsional.
Agar keindahan sanggup dinikmati dan muncul dengan optimal, puisi harus dibacakan dengan irama yang baik, penafsiran dan pemahaman makna secara tepat, dan dengan mengekspresikan yang proporsional.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dikala Membaca Puisi
Ada tiga hal penting yang harus selalu diperhatikan pada dikala membaca puisi, yaitu lafal, intonasi, dan ekspresi.
(1). Lafal (artikulasi), berkaitan dengan pengucapan kata-kata bahasa Indonesia selama ini kerap dipengaruhi oleh bahasa daerah. Hal itu harus dihindari alasannya ialah akan merusak keindahan puisi yang akan dibacakan. Pengucapan kata-kata harus sempurna dan dijaga kemurniannya dari aksen atau logat kawasan tertentu. Artikulasi atau cara pengucapan ini bersahabat kaitannya dengan intonasi atau lagu kalimat.
(2). Intonasi atau lagu kalimat, berkaitan dengan ketepatan dalam memilih keras-lemahnya pengucapan suatu kata. Intonasi dan artikulasi sangat berkaitan dengan irama. Irama merupakan unsur yang sangat penting dan jiwa dari sebuah puisi. Irama ialah totalitas dari tinggi rendah, keras lembut, dan panjang pendek suara.
Irama puisi tercipta dengan melaksanakan intonasi. Ada 3 jenis intonasi dalam pembacaan puisi, yaitu sebagai berikut:
a. Intonasi dinamik, yaitu tekanan pada kata-kata yang dianggap penting.
b. Intonasi nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. Suara tinggi menggambarkan keriangan, marah, takjub, dan lain sebagainya. Sementara itu bunyi rendah mengungkapkan kesedihan, pasrah, ragu, putus asa, dan lain sebagainya.
c. Intonasi tempo, yaitu cepat lambat pengucapan suku kata atau kata.
(3). Ekspresi, ialah pernyataan perasaan hasil penjiwaan isi puisi. Penjiwaan puisi sanggup dilakukan kalau pembaca bisa menginterpretasikan makna puisi secara tepat. Apabila penafsiran maknanya keliru, penjiwaannya niscaya juga akan tidak mengena. Penjiwaan isi puisi terungkap lewat mimik (gerak air muka) serta kinesik (gerak anggota badan/tubuh). Ekspresi yang baik harus dilakukan dengan masuk akal dan tidak berlebihan.
Mengomentari Pembacaan Puisi
Bagaimana perilaku teman-teman dikala mendengarkan seseorang membaca puisi? Tanpa sadar teman-teman menawarkan kritik atau kebanggaan terhadap pembacaan puisi tersebut. Namun, terkadang puisi yang bahu-membahu sangat indah, menjadi biasa saja alasannya ialah dibacakan monoton atau tanpa intonasi, salah enjambemen atau bihan, dan sebagainya.
Demikian itulah pembahasan bahasa indonesia wacana Mengomentari Pembacaan Puisi yang baik dan benar dan dibahas secara lengkap biar teman-teman sanggup dengan gampang memahaminya, semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua orang.